TUGAS : ETIKA PROFESI
OLEH : MADE MUKIADA
NO. : 12080639
1. Membuat Blog Pribadi
2. Membuat Artikel tentang :
a. Etika Komunikasi
b. Etika kerja di tempat baru
c. Etika mengundurkan diri dari pekerjaan
d. Etika wawancara
1. Blog sudah dibuat dengan alamat blog : http://made-mukiada.blogspot.com/
2. Artikel yang dibuat :
A. Etika Komunikasi
1. Pengertian Etika
Etika adalah suati sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang bradab dalam pergaulan.
2. Etika dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehar-hari :
a. Jujur tidak berbohong
b. Bersikap dewasa tidak berkanak-kanakan
c. Lapang dada dalam berkomunikasi
d. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
e. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efesien
f. Tidah mudah emosi / emosional
g. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
h. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
i. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
j. Bertingkah laku yang baik
3. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
- Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
- Menatap mata lawan bicara dengan lembut
- Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
- Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
- Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
- Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
- Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
- Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
- Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengankarakteristik lawan bicara
- Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik
- Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, menunduk, hormat
- Dan lain sebagainya
B. Etika kerja di tempat baru
Masalah Internal
Menjadi karyawan baru atau pegawai baru seringkali tidak mudah. Sudah mencari pekerjaannya setengah mati susahnya, soal adaptasi dengan lingkungan baru pun kerap menjadi masalah tersendiri. Keadaan semacam inilah yang kerap membuat para karyaan baru harus menelan pengalaman pahit. Mereka akhirnya mengambil keputusan untuk berhenti dengan alsan tidak tahan atau terpaksa. Kalau melihat praktek sehari-hari rupanya kejadian demikian tidak hanya menimpa orang yang baru pertama kali kerja. Orang yang sudah punya pengalaman kerja sekalipun sering terhambat oleh soal adaptasi ini. Intinya menjadi karywan baru atau menjadi orang baru di tempat yang sama sekali baru itu tidak bias dibilang mudah. Ada sejumlah kesulitan, yang kalau tidak ditangani secara bijak, dapat membuat rencana kita gagal atau terbengkalai di tengah jalan.
Dari praktek di lapangan, munculnya kesulitan itu bias bersumber dari dalam diri kita dan juga ada yang bersumber dari atasan, pimpinan atau manajemen. Apa saja yang bersumber dari kita?Ini juga tidak bias didetailkan satu persatu di sini, Sekedar untuk sebagai acuan, saya ingin memakai laporan sebuah studi. Meski ini didasarkan pada angkatan kerja di Amerika, tetapi rasannya tidak ada ruginya juga kalau kita menjadikannya sebagai semacam pedoman untuk memperbaiki diri. Dalam laporan berjudul “Are They Really Ready To Work ( The Conference Boar, Inc : 2006 ), ada beberapa poin penting yang bias dicatat.
1. Skill atau kompetisi
Skil atau kompetensi adalah sesuatu yang membuat kita mampu mengerjakan pekerjaan. Motivasi adalah sesuatu yang membuat kita mau mengerjaklan pekerjaan. Sedangkan sikap adalah sesuatu yang akan menentukan sebagus apa pekerjaan itu akan kita kerjakan. Kalai skill kita deficit menurut ukuran tuntutan pekerjaan (workforce) di tempat yang baru itu, yam au tidak mau memang ini maslah dari kita dan buat kita. Jika kita kebetulan masuk di perusahaan yang memiliki unit atau badan EAP (Employee Assistance Program) dan lain-lain, kita bias memanfaatkan sarana tersebut untu meng-up grade skill atau kemampuan kita. Kalau tidak tersedia, kita yang harus inisiatif dan kreatif menambah keterampilan dan kemampuan dengan sarana dan situasi yang ada, itupun sudah menjadi ujian dari kemampuan kita.
2. Profesionalisme dan etika kerja
Profesionalkah kita? Ada pendapat yang menyatakan bahwa orang akan disebut professional kalau yang bersangkutan berpedoman pada nilai-nilai dan etika kerja atau profesi yang disandangnya seperti orang memedomani / mengimani ajaran agamanya dalam arti berpegang teguh. Ini misalnya saja komitmen terhadap tugas, punya displin kerja, punya semangat dedikasi yang tinngi, mentaati etika, kode etik atau kesopanan, dan seterusnya.
3. Komunikasi (lisan dan tulisan)
Kekurangan dalam hal kemampuan berkomunikasi, baik lisan dan tulisan, inipun ikut mempersulit posisi kita di tempat yang baru. Untuk yang baru lulus dari sekolah, biasanya masih belum terlatih menggunakan bahasa-bahasa yang pas untuk orang yang pas di tempat kerja. Ini bias terjadi mulai dari yang kecil, misalnya memanggil orang, menyatakan pendapat, menjawab telepon yang masuk, dan lain-lain. Bagi yang sudah pernah kerja di tempat lain, kita pu perlu berhati-hati di tempat baru. Kenapa? Bahasa yang kita ucapkan itu tidak selamanya diartikan sama oleh orang yang berbeda di tempat yang berbeda.
4. Kerjasama atau tim
Kerjasama kelompok atau teemwork adalah kemampuan seseorang dalam bekerja sama dengan orang lain atau menjadi bagian dari suatu kelompok dalam melaksanakan suatu tugas. Sedikit-sedikit mendebat, tidak mau dipimpin dan tidak siap memimpin, kurang menyadari tanggungjawab tim, ingin mencari muka sendiri, kurang mandiri atau kurang berkonsultasi, tidak mendengarkan masukan, gampang tersinggung, terlalu sensitive, suka menggembosi orang lain, dan lain-lain, kerap menjadi masalah yang serius untuk orang baru. Karena itu ini perlu dihindari.
5. Berpikir kritis dan kemampuan problem soving
Berpikir kritis, berpikir analitis, atau berpikir logis adalah kemampuan seseorang dalam memahami situasi dengan cara menguraikan maslah menjadi bagian-bagian yang lebih rinci (factor-faktor; penyebab masalah), atau mengamati akibat suatu tindakan/keadaan tahap demi tahap berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan semangat (spirit). Sebetulnya, semua level jabatan membutuhkan kemampuan ini meski bentuknya berbeda-beda. Misalnya saja : teliti, keputusan yang logis, opini yang aktual dan factual, memiliki informasi yang relevan dengan pekerjaan, bisa melihat masalah atau bagiannya sebagai suatu yang bisa dihadapi dengan tindakan-tindakan yang logis, mengetahui sumber-sumber bahaya (the danger), dan lain-lain.
Ini semua point yang berpotensi menyulitkan posisi kita apabila tidak kita perhatikan dengan bagus.
Masalah Eksternal
Tidak hanya masalah-masalah di atas yang mempersulit posisi kita di tempat yang baru. Ada masalah lain yang juga ikut mempersulit, kita sebut dengan maslah eksternal. Secara umum masalah eksternal yang dihadapi orang baru itu adalah masalah person. The person ini bias atasan, bawahan atau kolega. Ini yang pertama. Meminjam istilah yang dipakai para ahli dibidang karir, person yang bias mempersulit kita itu disebit “the difficult people”. Menurut kolomnis The CEO Refreseher, Paul B. Thornton (2002), cirri-ciri utama orang sulit itu adalah :
1. The Aggressor : memaksakan kehendak, menggunakan bahasa yang kasar, otoriter,main pecat dan semisalnya
2. The Victim : selalu menyalahkan orang lain, slalu ngomel karena merasa dirugikan orang lain, selalu menuding karyawan sebagai factor kerugian, dan seterusnya.
3. The Rescuer : selalu ingin ikut campur, terlalu takut dibenci orang dan selalu ingin dipuji orang, dan semisalnya.
Selain person, terkadang miliu dan budaya juga ikut mempersulit posisi kita. Miliu kerja adalah apa yang kita rasakan di tempat kerja. Secara rasa, pasti berbeda antara tempat kerja yang sudah dipenuhi permusuhan dengan tempat kerja yang dipenuhi keharmonisan atau kekeluargaan. Pasti ada perbedaan antara miliu kerja yang sehat dengan yang sakit. Lingkungan yang “bersih” dan “kotor”, ada perusahaanyang consumer-oriented ada yang tak peduli sama sekali, ada yang disiplin dan tertib tetapi ada juga yang kendor dan tidak beraturan.
Artinya, baik milliu atau budaya yang tidak pas dengan hati kita terkadang juga menjadi masalah. Karena itu, tidak sedikit dari kita yang memilih untuk hengkang saat menghadapi milliu yang tidak klop atau budaya yang tidak pas.
Bagaimana menghadapinya.
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, ketika kita menghadapi persoalan di tempat kerja, pilihan yang tersedia disitu mungkin hanya dua. Pertama, kita hengkang ke tempat lain yang lebis bagus (Push out but better off). Ketika pilihan ini dipilih, berarti pembahasannya selesai. Kedua, kita tetap akan masuk di pekerjaan itu dan mengembangkan jurus-jurus baru di dalamnya (staying on but building option). Di bawah ini ada beberapa jurus-jurus yang mungkin bisa kita jadiakan acuan
1. Fokuskan pada pengembangan diri
Dua agenda yang penting dalam pengembangan diri disini adalah
a. Memiliki program pengembangan diri, entah itu skill kerja atau mental yang terencana dengan bagus sesuai keadaan kta
b. Menjadi fasilitator atas apa yang ditugaskan kepada kita. Menjadi fasilitator artinya kita menerima apapun yang ditugaskan kepada kita sebagai sarana belajar, jangan mengerjakan sesuatu hanya karena disuruh semata. Ini beban buat kita dan terkadang mencerminkan kesan yang kurang bagus. Apalagi jika itu kita barengi dengan menuntut hak-hak sebelum kewajiban.
Mengacu pada penjelasan di muka, kita bisa menjadikan tugas itu sebagai latihan berpikit kritis, latihan meningkatkan skill atau kompetensi, dan lain-lain
2. Fokuskan pada pembuktian
3. Pelajari cara hidup
4. Hindari keberpihakan gang
5. Membangun mentalitas baja
C. Etika mengundurkan diri dari pekerjaan
Ketika memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang sekarang, pasti Anda telah memiliki tujuan tersendiri, yaitu ingin memulai petualangan baru di luar sana demi mendapatkan peningkatan karier dan penghasilan. Yang pasti kemanapun nantinya Anda akan mengakhiri petualangan, reputasi serta hubungan dengan rekan kerja yang baik harus diutamakan.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan agar memiliki kesan yang baik ketika memutuskan untuk mengundurkan diri dari sebuah pekerjaan.
§ Apapun yang terjadi, tetap tunjukkan profesionalisme
Walaupun Anda harus pergi dalam keadaan yang tidak menyenangkan, tunjukkan sikap profesionalisme dalam proses resign. Karena orang akan mengingat apapun yang tidak Anda tangani dengan baik ketika akan berhenti dan ini akan menghantui Anda nantinya. Perlakukan orang lain dengan penuh hormat dan jangan membicarakan hal-hal negatif tentang atasan. Karena para rekan kerja ini adalah network Anda di masa depan.
· Pengalihan tanggung jawab
Buat rencana peralihan pekerjaan, termasuk rekomendasi tentang hal-hal penting dari pekerjaan beserta jadwalnya. Jangan sengaja datang terlambat, berbasa-basi untuk mengikuti meeting lalu menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama rekan-rekan kerja, karena telah mengajukan surat pengunduran diri. Jangan lupa juga untuk menawarkan bantuan apabila ada pertanyaan penting yang harus diajukan oleh para rekan kerja, bahkan ketika Anda sudah benar-benar keluar dari kantor tersebut.
· Hargai orang lain
Ketika telah mengumumkan soal pengunduran diri, pastinya Anda akan menerima banyak ucapan baik secara langsung maupun lewat email yang berisi ucapan selamat tinggal dan terima kasih. Beri respon dengan mengirimkan ucapan terima kasih kepada setiap orang yang mengirimkannya. Dan jangan lupa juga untuk menghargai rekan-rekan yang ingin mengadakan farewell party untuk Anda sebelum pergi meninggalkan mereka.
· Akhiri dengan manis
Selama minggu terakhir, kirimkan note yang berisi ucapan selamat tinggal dan juga terima kasih untuk semua rekan-rekan kerja atas semua dukungannya selama ini, dan beri highlight untuk hal-hal yang sangat Anda hargai dari perlakuan perusahaan selama ini pada Anda. Jangan lupa juga untuk memberikan nomor telepon yang bida dihubungi untuk bisa tetap menjalin hubungan dengan para rekan untuk menjaga networking.
Pastinya, ketika membuat keputusan untuk mengundurkan diri, bukan tidak mungkin akan memberikan pengaruh terhadap emosi yang bercampur-campur. Ketika ada sebuah ketertarikan terhadap kesempatan baru, disana juga akan ada kesedihan, ketika harus meninggalkan rekan-rekan kerja dan teman-teman baik, apalagi jika Anda sudah berkerja dalam kurun waktu yang lama. Ingat, tujuannya adalah untuk memelihara hubungan baik, menjaga reputasi dan memberikan kesan baik sebelum mengundurkan diri.
D. Etika wawancara
Posted by dizzman under Tips CPNS
Wawancara adalah penilaian yang paling subyektif dan sulit ditebak lulus tidaknya. Seringkali kita yakin lulus, ternyata tidak lulus. Banyak faktor yang memengaruhi lulus tidaknya kita dari sebuah wawancara. Salah satunya adalah etika atau sopan santun pada saat wawancara berlangsung. Kita sering lupa bahwa kepintaran tidaklah cukup untuk menjadi PNS yang baik, tetapi juga memerlukan integritas moral dan etika yang tercermin saat wawancara berlangsung. Berikut ini beberapa tips saat mengikuti ujian wawancara:
1. Berpakaian dan Penampilan Rapih
kesan pertama sangat menentukan pada saat wawancara akan berlangsung. Begitu Anda masuk ke ruangan pewawancara, yang pertama terlihat adalah cara berpakaian dan penampilan Anda. Memang tidak ada aturan baku baik cara berpakaian maupun berpenampilan, akan tetapi ada baiknya pada saat wawancara berlangsung, gunakan pakaian rapih, kemeja berkerah dan lengan panjang/pendek, celana katun warna gelap, serta memakai wewangian yang tidak menyengat, dan bersepatu dan kaos kaki hitam/warna gelap. Jangan lupa rapikan rambut agar terlihat sesuai dengan tubuh Anda.
2. Bersikap sopan dan ramah
Melihat kondisi anak muda sekarang, saya cukup sedih melihat sopan santun dan rasa hormat yang mulai luntur. Oleh karena itu jangan kaget kalo Anda merasa pintar, tapi tidak lulus seleksi wawancara. Bisa jadi karena sikap Anda yang kurang sopan atau tidak bersikap ramah terhadap si pewawancara.
Saat pertama masuk ke ruangan, sapalah pewawancara dan dahulukan berjabat tangan. Kemudian jawablah setiap pertanyaan dengan sopan dan ramah, serta gunakan bahasa Indonesia baku. Hindari debat kusir atau ucapan yang dapat membuat pewawancara tersinggung apabila terjadi perbedaan pendapat dengan pewawancara, lebih baik gunakanlah kalimat “….., itu menurut yang saya ketahui/pahami/kenali. Mohon maaf, mungkin saya salah atau belum mengetahui yang sebenarnya.” Merendahkan diri sedikit, tetapi meninggikan mutu. Sering-seringlah menggunakan kalimat ‘mohon maaf’ apabila ada sesuatu yang belum jelas atau ditengarai dapat menimbulkan perdebatan.
3. Perhatikan mood pewawancara
Pewawancara juga manusia, artinya bisa senang dan juga bisa marah. Oleh karena itu sebelum melangkah lebih jauh, perhatikan dulu mood pewawancara. Kalau sedang dalam keadaan senang, bolehlah kita selingi jawaban kita dengan sedikit bercanda, atau bertanya balik. Sebaliknya kalau lagi bad mood, sebaiknya jawab seperlunya dan hindari bertanya balik.
4. Cara Menjawab Pertanyaan
Jawablah pertanyaan dengan sederhana, singkat, padat, dan jelas, serta menjurus atau fokus kepada jawaban pertanyaan. Tidak perlu bercerita panjang lebar dan menjadi tidak jelas alurnya, sehingga membuat pewawancara menjadi bosan dan tidak tertarik untuk mendengarkan. Berilah penjelasan seperlunya, dengan tetap memperhatikan sopan santun dan tata bahasa yang baku. Hindari penggunaan bahasa prokem atau bahasa gaul sehari-hari, walaupun mungkin pewawancara mencoba memancing Anda dengan bahasa2 tersebut.
5. Datang tampak muka, pulang tampak punggung
berilah salam ketika datang, begitu pula ketika selesai wawancara. Sekali lagi, bersikaplah santun ketika hendak memulai dan mengakhiri wawancara. Jangan bersikap semaunya sendiri, kecuali kalau memang Anda tidak ingin lulus wawancara.
Senin, 30 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar