Selasa, 09 Juni 2009

CYBERCRIM

Hacker adalah seorang Programer.
Programer merupakan salah satu profesi bagi seseorang yang terjun di dunia Tehnologi Informasi dan Komunikasi. Tetapi tidak semua Programer adalah Hacker. Istilah hacker biasa dipakai untuk menyebut seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidang komputer. Seorang Hacker mampu berpikir dan bekerja dengan efektif dan efisien dan sering kali menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan metode yang out of the box (di luar kelaziman pemikiran yang biasa digunakan orang). Arti dari istilah ini semakin lama semakin menyempit. Hacker kini diartikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan lebih di bidang keamanan jaringan komputer dan memanfaatkan kemampuannya untuk mendapatkan akses secara ilegal ke dalam sistem komputer orang lain. Jika tindakan yang dilakukan bersifat destruktif, merugikan pihak lain, istilah yang lebih tepat untuk menyebut orang seperti itu adalah Cracker.
Komunitas hacker di Indonesia kebanyakan terdiri dari siswa dan mahasiswa yang memiliki ketertarikan di bidang keamanan jaringan komputer. Kelompok ini memiliki banyak waktu luang untuk mencari informasi mengenai bagaimana cara-cara yang bisa dipakai untuk memanfaatkan kelemahan yang ada pada jaringan komputer milik orang lain. Informasi seperti ini banyak tersedia di Internet. Kadang-kadang cara yang biasa dipakai untuk masuk ini sudah disediakan dalam bentuk script yang tinggal diambil dan dijalankan, layaknya menjalankan aplikasi komputer biasa. Orang-orang yang masuk ke dalam kelompok ini sering disebut sebagai script kiddies (sebuah istilah yang menggambarkan bahwa anak kecil pun bisa melakukannya). Apa yang mereka butuhkan hanyalah informasi awal mengenai produk perangkat lunak apa dan versi berapa yang dipakai di server yang akan mereka bobol.
Komunitas hacker biasanya berkumpul secara virtual dalam chatroom di Internet. Berdiskusi mengenai hal-hal terkini dalam urusan keamanan dalam sistem komputer. Komunitas ini berkembang, anggotanya pun bertambah, kadang bisa juga berkurang. Anggotanya biasanya bertambah dari orang- orang yang ingin menjajal kemampuan mereka dalam hal ini. Usia yang muda didukung ego dan rasa ingin terkenal yang cukup besar, menjadi salah satu faktor pendukung utama suburnya komunitas ini. Mereka suka sekali dengan publikasi gratis dari media massa atas "hasil karya" mereka jika mereka berhasil menembus atau mengubah tampilan halaman sebuah situs di Internet. Lain halnya ketika mereka sudah selesai menyalurkan ego gairah muda mereka. Mereka kemudian pensiun. Mereka yang sudah keluar dari komunitas ini biasanya mendapatkan pekerjaan sebagai system administrator jaringan komputer di perusahaan-perusahaan. Beberapa orang yang dianggap cukup pandai beralih menjadi konsultan keamanan sistem dan jaringan komputer dengan bekal intuisi membobol sistem keamanan komputer yang dulu pernah mereka lakukan.
Seperti disebutkan tadi, gairah muda, ego, dan rasa ingin terkenal yang besar membuat mereka suka sekali diberi tantangan, bahkan acapkali mencari sendiri tantangan tersebut. Ini yang menyebabkan fenomena cracker menjadi fenomena kambuhan, tidak seperti fenomena spam atau worm virus yang kontinu sepanjang waktu.
Jika mereka ingin memasuki sistem milik orang lain, yang pertama mereka lakukan adalah dengan melakukan scanning (pemindaian) terhadap sistem komputer yang mereka incar. Dengan ini mereka mendapatkan gambaran kasar mengenai sistem operasi dan aplikasi dari server sasaran. Alat yang dipakai cukup sederhana, contohnya Nmap yang dapat diunduh di http:/insecure.org/nmap/. Berbekal firewal yang tidak terlalu kompleks, maka tindakan scanning ini dapat diketahui oleh administrator jaringan, dan tercatat pada log firewal. Ketika mereka sudah mengetahui sistem operasi dan aplikasi dari server tadi, mereka dapat merumuskan tipe serangan yang akan dilakukan (Poin 1). Nyaris tidak ada satu pun sistem yang bisa dijamin 100 persen aman, tidak memiliki kelemahan. Apalagi ketika sistem tersebut berhadapan langsung dengan akses publik, dalam hal ini Internet. Itulah kunci awalnya. Ditunjang oleh era informasi berupa fasilitas Internet yang menampung informasi dalam jumlah tak terhingga, siapa pun yang rajin dan telaten, mau meluangkan waktu, dipastikan akan mendapatkan informasi apa yang dia butuhkan. Tidak cukup sampai disitu saja karena mereka masih harus mereka-reka struktur data seperti apa yang harus mereka ubah agar proses perubahan tertulis dengan normal. Proses mereka-reka ini bisa jadi membutuhkan waktu berhari-hari, sebelum seseorang berhasil mengetahui struktur seperti apa yang harus dimasukkan agar perubahan data berhasil. Biasanya pula, seorang cracker yang akan melakukan serangan ini tidak terlalu bodoh. Ia harus melakukan serangan yang berhasil dalam satu tembakan dan tembakan itu haruslah dilakukan dari tempat lain, bukan di tempat ia mengeksekusi, agar ia tidak mudah dikejar. Maka yang dia lakukan adalah mencari sebuah server perantara yang cukup jauh secara geografis (Poin 2) darinya, untuk melakukan serangan.
Dalam kasus pembobolan situs Komisi Pemilihan Umum (KPU), mereka mengetahui bahwa situs KPU menggunakan teknologi Microsoft Windows Server dengan web server IS (Internet Information System) serta halaman web yang menggunakan teknologi ASP (Active Server Pages). Ketika server ini berhasil diakses (untuk kasus KPU, server perantara yang dipakai berada di Thailand), maka saatnya ia melakukan serangan. Ketika serangan terjadi, maka serangan ini berhasil mengubah tampilan situs (Poin 3). Nama-nama partai berubah menjadi nama yang aneh-aneh. Untunglah administrator Teknologi Informasi (TI) KPU cukup sigap dengan melakukan proses pembersihan pada server yang diserang. Selain halaman web yang diserang, diperbaiki strukturnya (Poin 4), firewal juga dikonfigurasi untuk menahan serangan sejenis ini (Poin 5) untuk sementara waktu. Serangan ini tercatat pula pada log (Point 6), yang memungkinkan administrator segera mengetahui dari mana serangan ini dilancarkan. Dalam "pertempuran digital" ini, senjata yang dimiliki oleh pihak yang bertahan adalah file log (catatan terhadap semua aktivitas yang terjadi di server). Log dari web server, log dari firewal, serta log dari IDS (Intrusion Detection System). Berbekal log ini, pencarian identitas sang penyerang dimulai.
Log file mencatat koneksi yang berhasil diterima atau ditolak server ataupun firewal. Log ini berisi alamat IP (Internet Protocol, alamat komputer) yang tersambung, serta waktu sambungan terjadi (Poin 7). Alamat IP di Internet berfungsi seperti alamat rumah, bersifat unik, tidak ada alamat yang sama di dunia Internet. Dengan berbekal utilitas seperti traceroute dan whois, dengan cepat diketahui lokasi komputer tersebut dan siapa pemilik alamat IP tersebut (Poin 8), lengkap dengan contact person ISP di mana komputer tadi berada. Selanjutnya yang dibutuhkan adalah komunikasi dan koordinasi verbal dengan contact person tersebut (Poin 9). Proses selanjutnya adalah identifikasi personal pelaku. Dengan bekal nama alias pelaku yang berhasil ditelusuri, didukung dengan adanya sistem data basis kependudukan Indonesia yang baru saja dihasilkan oleh KPU (dalam rangka pendaftaran pemilih pada Pemilu 2004), diperoleh informasi lengkap berupa tempat dan tanggal lahir serta alamat terkini tersangka. Dengan bekal data ini beserta log kejadian pembobolan, tim TI KPU menyerahkan data ini kepada Satuan Khusus Cyber Crime Polda Metro Jaya untuk diproses lebih lanjut. Cerita selanjutnya sudah dapat diketahui pada media massa. Dalam hitungan hari, tersangka dapat ditangkap.
Dalam kasus situs KPU, tindakan iseng yang dilakukan bukan hanya berakibat buruk kepada KPU, tetapi juga kepada seluruh bangsa Indonesia yang sedang melakukan hajatan besar, pemilihan umum. Untuk hal inilah sang cracker situs KPU harus dihukum sesuai hukum positif yang berlaku di Indonesia dengan mengacu pada UU Cyber Crime dan KUHP karena kegiatan yang dilakukan berdampak besar kepada seluruh bangsa Indonesia. Kepada bangsa Indonesia-lah ia harus bertanggung jawab, bukan kepada KPU.


Selasa, 14 April 2009

Bukan Profesi IT

Operator Komputer

Sumber daya manusia yang bertugas melayani dan menjalankan sistem dan peralatan yang ada hubungannya dengan komputer, seperti menyiapkan data untuk diakses, merawat sistem komputer, dsb.

Tugas Operator ini mengurus data yang akan diolah, mulai dari pengumpulan data, perekaman data ke dalam media komputer sampai pada pemeriksaan dan pengiriman informasi yang dihasilkan computer

Tanggung jawab dan prosedur tugas operator
• Tanggung jawab dan prosedur tugas operator dapat disimpulkan sebagai berikut :
– Memelihara dan mengontrol fisik perangkat di ruang komputer.
– Mengontrol dan mencatat kerja perangkat komputer dan perangkat pendukung ruang.
– Mempersiapkan, mengoperasikan perangkat dan media rekaman (disk/tape) sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan

Senin, 13 April 2009

Profesi di Bidang IT

System Analist
System analyst merupakan suatu profesi yang banyak diminati oleh masyarakat dari belahan dunia manapun. Salah satu negara yang sangat appreciate dengan profesi ini adalah Inggris. Di Inggris, jumlah peminat dari profesi ini memiliki jumlah yang besar, terutama di London dan beberapa kota di wilayah asia tenggara Inggris.
Seorang system analyst harus mampu mengakses sistem IT yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dan kemudian membuat improvement-nya. Tugas system analyst yaitu mengidentifikasi kebutuhan klien (perusahaan), kemudian membuat draft mengenai rencana yang perlu dilakukan untuk memperbaiki atau mengganti system IT tersebut. Setelah itu membuat proposal mengenai studi analisa kelayakan (feasibity studies) dan membuat rekomendasinya. Setelah itu, kita mulai mendirikan sebuah sistem dari rekomendasi yang sudah di-improve sebelumnya. Sistem baru ini kemudian di-install dan di-upgrade, dicoba diterapkan di perusahaan dan diuji apakah sudah bekerja dengan efisien atau belum. Setelah sistem ini benar-benar bekerja dengan efisien, reliable dan flexible enough untuk diterapkan, kita dapat mengadakan pelatihan mengenai instruksi manual kepada para staf agar mampu menyesuaikan dengan sistem yang baru atau upgraded system.
System analyst harus mampu memahami beberapa software yang mampu menunjang pekerjaannya seperti SQL, Visual Basic, C++, Java, Unified Modelling Language (UML), dan SAP business software applications.
Standarnya, system analyst bekerja 37 – 40 jam per minggu, namun semuanya bergantung pada klien. Jika mendadak ada claim, maka bisa jadi system analyst harus mengejar deadline dan terpaksa mengorbankan waktu liburnya untuk overtime.
Pada dasarnya, system analyst dibagi menjadi tiga tingkat yaitu newly qualified systems analyst, experienced analyst, dan senior analyst. Setiap tingkatan memiliki kualifikasi yang berbeda sesuai dengan kualifikasi dan pengalamannya masing-masing.
So, what qualifications and experience will employers look for?
Mempunyai latar belakang pendidikan di bidang IT atau bidang lainnya yang terkait, seperti:
computer science/studies
information management systems
business information systems
maths and operational research
Bagi yang bukan berasal dari lulusan IT atau bidang yang terkait dengan IT seperti di atas, namun ingin menjadi seorang system analyst, Anda dapat mengambil S2 atau postgraduate di bidang IT. Tetapi, pengalaman kerja di dunia industri tetap menjadi syarat untuk menjadi seorang system analyst.
Then, what skills and knowledge will a system analyst needs?
problem solver
memilki pengetahuan mengenai software, hardware, dan programming
mampu mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik
solutif dalam memberikan ide
memiliki keahlian dalam bernegosiasi
mempu bekerja dalam teamwork
mampu bekerja di bawah tekanan dan deadline
mampu merencanakan dan me-manage sebuah proyek
memiliki apresiasi yang baik terhadap wider business demand
mampu bekerja dengan budget yang diberikan klien
up to date dengan perkembangan teknologi

Profesi Polisi

Polisi dan Korupsi
KABAR santer Bapak X semasa menjabat Kepala Polri melakukan korupsi dan menerima suap dalam jumlah yang sangat besar sungguh mengejutkan. Semoga hal ini merupakan kabar angin saja. Akan tetapi, apabila di kemudian hari berita-berita itu terbukti kebenarannya, amat sangat patut disayangkan. Sebab, peristiwa ini akan semakin menambah citra buruk bagi kepolisian.
Profesi polisi adalah profesi mulia (nobile officum) sebagaimana profesi-profesi terhormat lainnya yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kepada Kepolisian RI (Polri) senantiasa diharapkan jasanya untuk melindungi rakyat dari gangguan orang-orang jahat, memelihara ketertiban umum dan membimbing masyarakat agar taat hukum. Akan tetapi, profesi semulia apa pun apabila kerap kali dikotori oleh para pelakunya sendiri, lama-kelamaan akan menurunkan derajat kemuliaan profesi yang bersangkutan.
Kecenderungan kepolisian atau oknum polisi berbuat menyimpang sesungguhnya bukan monopoli kepolisian di republik ini. Di Inggris, di mana keramahtamahan polisinya telah menjadi legenda, tetap saja banyak polisi yang masih mempergunakan asas The end justifies the means, (tujuan menghalalkan cara), (Fattah, 1997).
Di Kanada, pemerintahnya sampai dua kali membentuk komisi untuk memeriksa Royal Canadian Mounted Police (RCMP). Yang pertama Komisi MacDonald (1997) dan kedua Komisi Keable (1981). Kesaksian-kesaksian yang diberikan di hadapan kedua komisi tersebut semakin memperkuat bukti-bukti bahwa Kepolisian Kanada (RCMP) telah melakukan a wide range of crimes and illegal activities (serangkaian tindakan kejahatan dan melanggar hukum secara luas).
Asal-usul perilaku polisi yang negatif barangkali bisa dilacak sampai pada pertukaran antara kekuasaan yang diberikan kepada polisi dan faktor peluang. Faktor peluang menjadi sangat dominan sejak ia berada di jajaran terdepan dari eksekutif, yaitu berhubungan dengan masyarakat (Satjipto Rahardjo, 1993). Faktor peluang itu timbul terutama disebabkan oleh kekuasaan yang diberikan oleh hukum kepada polisi untuk mengambil tindakan dalam situasi tertentu menurut "pertimbangan sendiri" atau kekuasaan diskresi-fungsional menempatkan pribadi-pribadi polisi sebagai faktor sentral dalam penegakan hukum.
Dengan kekuasaan diskresi-fungsional itu, hukum di tangan polisi menjadi hidup. Secara sosiologi, yang kemudian terjadi adalah it doesn’t matter what the law says. What matters is what the guy (police) interprets the law to say. Terjemahan-terjemahan polisi atas hukum ke dalam tindakan-tindakan nyata itu yang merupakan realitas hukum yang sebenarnya.
Bagi polisi yang kurang memiliki integritas moral yang cukup, kekuasaan itu tentunya sangat menggoda untuk dipergunakan ke arah lain yang bukan untuk tegaknya hukum dan keadilan masyarakat. Demi untuk kepentingan pribadi, misalnya, membelokkan dengan sengaja suatu perkara yang sesungguhnya merupakan perkara perdata menjadi perkara pidana. Yang seharusnya menjadi tersangka, dengan dibungkus alasan hukum tertentu, tidak disidik tersangka, melainkan sekadar sebagai saksi atau malah tidak disidik sama sekali, kecuali hanya diperas.
Membisniskan Surat Perintah Penghentian Penyelidikan, dan sebagainya. Perbuatan-perbuatan tercela ini sulit diungkap sehingga tetap merupakan dark- number. Kesulitan utamanya adalah karena banyaknya selimut-selimut hukum yang menutupi perbuatan-perbuatan itu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan oleh polisi, yang kesemuanya nyaris bermuara pada kekuasaan diskresi- fungsional tersebut.
DIKARENAKAN melekat dengan jabatan yang dilindungi oleh hukum, korupsi polisi itu mudah dirasakan dan dilihat, tetapi seakan-akan sulit untuk dipegang. Investigasi terhadap Kepolisian Negara Bagian New York oleh Komisi Knapp barangkali merupakan penyelidikan terbesar atas kasus korupsi di tubuh kepolisian yang belum pernah dilakukan oleh organisasi kepolisian mana pun.
Yang menarik untuk dicermati dari laporan hasil investigasi Knapp itu antara lain adalah; pertama para letnan dan sersan melakukan korupsi sebagaimana yang dilakukan anak buahnya. Di samping itu, para atasan itu juga mendapat jatah tersendiri dari anak buahnya yang terjun ke lapangan yang berada di bawah koordinasinya.
Kedua, korupsi bukanlah sesuatu hal yang baru dan tampaknya sulit dipisahkan dari polisi. Di mana terdapat korupsi polisi, di situ secara paralel juga terjadi korupsi di tempat-tempat lain dalam tubuh pemerintahan, juga dalam dunia industri, perburuhan, dan dalam profesi-profesi lainnya.
Ketiga, komisi juga menemukan bahwa korupsi polisi terjadi juga dikarenakan adanya permintaan dari departemen-departemen kepada polisi untuk mengamankan kepentingannya.
Dari hasil investigasi Komisi Knapp itu, secara samar-samar terlihat bahwa semakin tinggi pangkat dan jabatan polisi, semakin tinggi pula kekuasaan diskresi-fungsioanal yang dimiliki.
Meminjam pembedaan kejahatan dilihat dari status sosial pelaku yang sudah klasik, white collar crime dan blue colar crime, maka kejahatan korupsi yang dilakukan oleh perwira pemegang jabatan cenderung menyerupai white collar crime, sedangkan yang berpangkat lebih rendah cenderung melakukan kejahatan yang bersifat blue collar atau street crime.
Perampokan di Perumahan Permata Hijau (3/2-2000) yang melibatkan empat sersan dua dari kesatuan Brigade Mobil dan perampokan di kawasan Bumi Serpong Damai oleh seorang sertu (pol) bersama kedua rekan sesama anggota polisi (Kompas 5/2/2000) merupakan bukti bahwa polisi yang belum berpangkat perwira dan belum menduduki jabatan tertentu apabila melakukan tindak kejahatan untuk menguntungkan diri sendiri cenderung bersifat street crime. Adapun kabar angin mengenai X itu, jika kemudian terbukti benar, adalah merupakan stereotip dan white collar crime.
Jika hendak mengubah perilaku dan kinerja Polri, langkah pertama dan utama yang perlu segera dilakukan adalah menata kembali moralitas, yaitu dengan memberi contoh keteladanan. Komandan yang menjalani hidup dengan penuh gaya penuh hedonis-life (memuja harta benda) tidak bisa mengharapkan kepada anak buahnya untuk hidup mencukupkan apa yang ada.
Dalam organisasi yang bersifat linear seperti Polri, moral komandan gampang menular kepada bawahan. Korupsi di tubuh kepolisian mungkin sulit untuk dihilangkan sama sekali, namun paling tidak harus ditekan sekecil mungkin. (DMU, Dari buku Ketika Kejahatan Berdaulat, karangan Prof Dr Tubagus Ronny Nitibaskara)

Senin, 30 Maret 2009

Tugas Kuliah : Etika Profesi

TUGAS : ETIKA PROFESI
OLEH : MADE MUKIADA
NO. : 12080639
1. Membuat Blog Pribadi
2. Membuat Artikel tentang :
a. Etika Komunikasi
b. Etika kerja di tempat baru
c. Etika mengundurkan diri dari pekerjaan
d. Etika wawancara

1. Blog sudah dibuat dengan alamat blog : http://made-mukiada.blogspot.com/
2. Artikel yang dibuat :
A. Etika Komunikasi
1. Pengertian Etika
Etika adalah suati sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang bradab dalam pergaulan.
2. Etika dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehar-hari :
a. Jujur tidak berbohong
b. Bersikap dewasa tidak berkanak-kanakan
c. Lapang dada dalam berkomunikasi
d. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
e. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efesien
f. Tidah mudah emosi / emosional
g. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
h. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
i. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
j. Bertingkah laku yang baik
3. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
- Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
- Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
- Menatap mata lawan bicara dengan lembut
- Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
- Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
- Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
- Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
- Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
- Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
- Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengankarakteristik lawan bicara
- Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik
- Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, menunduk, hormat
- Dan lain sebagainya
B. Etika kerja di tempat baru
Masalah Internal
Menjadi karyawan baru atau pegawai baru seringkali tidak mudah. Sudah mencari pekerjaannya setengah mati susahnya, soal adaptasi dengan lingkungan baru pun kerap menjadi masalah tersendiri. Keadaan semacam inilah yang kerap membuat para karyaan baru harus menelan pengalaman pahit. Mereka akhirnya mengambil keputusan untuk berhenti dengan alsan tidak tahan atau terpaksa. Kalau melihat praktek sehari-hari rupanya kejadian demikian tidak hanya menimpa orang yang baru pertama kali kerja. Orang yang sudah punya pengalaman kerja sekalipun sering terhambat oleh soal adaptasi ini. Intinya menjadi karywan baru atau menjadi orang baru di tempat yang sama sekali baru itu tidak bias dibilang mudah. Ada sejumlah kesulitan, yang kalau tidak ditangani secara bijak, dapat membuat rencana kita gagal atau terbengkalai di tengah jalan.
Dari praktek di lapangan, munculnya kesulitan itu bias bersumber dari dalam diri kita dan juga ada yang bersumber dari atasan, pimpinan atau manajemen. Apa saja yang bersumber dari kita?Ini juga tidak bias didetailkan satu persatu di sini, Sekedar untuk sebagai acuan, saya ingin memakai laporan sebuah studi. Meski ini didasarkan pada angkatan kerja di Amerika, tetapi rasannya tidak ada ruginya juga kalau kita menjadikannya sebagai semacam pedoman untuk memperbaiki diri. Dalam laporan berjudul “Are They Really Ready To Work ( The Conference Boar, Inc : 2006 ), ada beberapa poin penting yang bias dicatat.
1. Skill atau kompetisi
Skil atau kompetensi adalah sesuatu yang membuat kita mampu mengerjakan pekerjaan. Motivasi adalah sesuatu yang membuat kita mau mengerjaklan pekerjaan. Sedangkan sikap adalah sesuatu yang akan menentukan sebagus apa pekerjaan itu akan kita kerjakan. Kalai skill kita deficit menurut ukuran tuntutan pekerjaan (workforce) di tempat yang baru itu, yam au tidak mau memang ini maslah dari kita dan buat kita. Jika kita kebetulan masuk di perusahaan yang memiliki unit atau badan EAP (Employee Assistance Program) dan lain-lain, kita bias memanfaatkan sarana tersebut untu meng-up grade skill atau kemampuan kita. Kalau tidak tersedia, kita yang harus inisiatif dan kreatif menambah keterampilan dan kemampuan dengan sarana dan situasi yang ada, itupun sudah menjadi ujian dari kemampuan kita.

2. Profesionalisme dan etika kerja
Profesionalkah kita? Ada pendapat yang menyatakan bahwa orang akan disebut professional kalau yang bersangkutan berpedoman pada nilai-nilai dan etika kerja atau profesi yang disandangnya seperti orang memedomani / mengimani ajaran agamanya dalam arti berpegang teguh. Ini misalnya saja komitmen terhadap tugas, punya displin kerja, punya semangat dedikasi yang tinngi, mentaati etika, kode etik atau kesopanan, dan seterusnya.
3. Komunikasi (lisan dan tulisan)
Kekurangan dalam hal kemampuan berkomunikasi, baik lisan dan tulisan, inipun ikut mempersulit posisi kita di tempat yang baru. Untuk yang baru lulus dari sekolah, biasanya masih belum terlatih menggunakan bahasa-bahasa yang pas untuk orang yang pas di tempat kerja. Ini bias terjadi mulai dari yang kecil, misalnya memanggil orang, menyatakan pendapat, menjawab telepon yang masuk, dan lain-lain. Bagi yang sudah pernah kerja di tempat lain, kita pu perlu berhati-hati di tempat baru. Kenapa? Bahasa yang kita ucapkan itu tidak selamanya diartikan sama oleh orang yang berbeda di tempat yang berbeda.
4. Kerjasama atau tim
Kerjasama kelompok atau teemwork adalah kemampuan seseorang dalam bekerja sama dengan orang lain atau menjadi bagian dari suatu kelompok dalam melaksanakan suatu tugas. Sedikit-sedikit mendebat, tidak mau dipimpin dan tidak siap memimpin, kurang menyadari tanggungjawab tim, ingin mencari muka sendiri, kurang mandiri atau kurang berkonsultasi, tidak mendengarkan masukan, gampang tersinggung, terlalu sensitive, suka menggembosi orang lain, dan lain-lain, kerap menjadi masalah yang serius untuk orang baru. Karena itu ini perlu dihindari.
5. Berpikir kritis dan kemampuan problem soving
Berpikir kritis, berpikir analitis, atau berpikir logis adalah kemampuan seseorang dalam memahami situasi dengan cara menguraikan maslah menjadi bagian-bagian yang lebih rinci (factor-faktor; penyebab masalah), atau mengamati akibat suatu tindakan/keadaan tahap demi tahap berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan semangat (spirit). Sebetulnya, semua level jabatan membutuhkan kemampuan ini meski bentuknya berbeda-beda. Misalnya saja : teliti, keputusan yang logis, opini yang aktual dan factual, memiliki informasi yang relevan dengan pekerjaan, bisa melihat masalah atau bagiannya sebagai suatu yang bisa dihadapi dengan tindakan-tindakan yang logis, mengetahui sumber-sumber bahaya (the danger), dan lain-lain.
Ini semua point yang berpotensi menyulitkan posisi kita apabila tidak kita perhatikan dengan bagus.
Masalah Eksternal
Tidak hanya masalah-masalah di atas yang mempersulit posisi kita di tempat yang baru. Ada masalah lain yang juga ikut mempersulit, kita sebut dengan maslah eksternal. Secara umum masalah eksternal yang dihadapi orang baru itu adalah masalah person. The person ini bias atasan, bawahan atau kolega. Ini yang pertama. Meminjam istilah yang dipakai para ahli dibidang karir, person yang bias mempersulit kita itu disebit “the difficult people”. Menurut kolomnis The CEO Refreseher, Paul B. Thornton (2002), cirri-ciri utama orang sulit itu adalah :
1. The Aggressor : memaksakan kehendak, menggunakan bahasa yang kasar, otoriter,main pecat dan semisalnya
2. The Victim : selalu menyalahkan orang lain, slalu ngomel karena merasa dirugikan orang lain, selalu menuding karyawan sebagai factor kerugian, dan seterusnya.
3. The Rescuer : selalu ingin ikut campur, terlalu takut dibenci orang dan selalu ingin dipuji orang, dan semisalnya.
Selain person, terkadang miliu dan budaya juga ikut mempersulit posisi kita. Miliu kerja adalah apa yang kita rasakan di tempat kerja. Secara rasa, pasti berbeda antara tempat kerja yang sudah dipenuhi permusuhan dengan tempat kerja yang dipenuhi keharmonisan atau kekeluargaan. Pasti ada perbedaan antara miliu kerja yang sehat dengan yang sakit. Lingkungan yang “bersih” dan “kotor”, ada perusahaanyang consumer-oriented ada yang tak peduli sama sekali, ada yang disiplin dan tertib tetapi ada juga yang kendor dan tidak beraturan.
Artinya, baik milliu atau budaya yang tidak pas dengan hati kita terkadang juga menjadi masalah. Karena itu, tidak sedikit dari kita yang memilih untuk hengkang saat menghadapi milliu yang tidak klop atau budaya yang tidak pas.
Bagaimana menghadapinya.
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, ketika kita menghadapi persoalan di tempat kerja, pilihan yang tersedia disitu mungkin hanya dua. Pertama, kita hengkang ke tempat lain yang lebis bagus (Push out but better off). Ketika pilihan ini dipilih, berarti pembahasannya selesai. Kedua, kita tetap akan masuk di pekerjaan itu dan mengembangkan jurus-jurus baru di dalamnya (staying on but building option). Di bawah ini ada beberapa jurus-jurus yang mungkin bisa kita jadiakan acuan
1. Fokuskan pada pengembangan diri
Dua agenda yang penting dalam pengembangan diri disini adalah
a. Memiliki program pengembangan diri, entah itu skill kerja atau mental yang terencana dengan bagus sesuai keadaan kta
b. Menjadi fasilitator atas apa yang ditugaskan kepada kita. Menjadi fasilitator artinya kita menerima apapun yang ditugaskan kepada kita sebagai sarana belajar, jangan mengerjakan sesuatu hanya karena disuruh semata. Ini beban buat kita dan terkadang mencerminkan kesan yang kurang bagus. Apalagi jika itu kita barengi dengan menuntut hak-hak sebelum kewajiban.
Mengacu pada penjelasan di muka, kita bisa menjadikan tugas itu sebagai latihan berpikit kritis, latihan meningkatkan skill atau kompetensi, dan lain-lain
2. Fokuskan pada pembuktian
3. Pelajari cara hidup
4. Hindari keberpihakan gang
5. Membangun mentalitas baja

C. Etika mengundurkan diri dari pekerjaan

Ketika memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang sekarang, pasti Anda telah memiliki tujuan tersendiri, yaitu ingin memulai petualangan baru di luar sana demi mendapatkan peningkatan karier dan penghasilan. Yang pasti kemanapun nantinya Anda akan mengakhiri petualangan, reputasi serta hubungan dengan rekan kerja yang baik harus diutamakan.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan agar memiliki kesan yang baik ketika memutuskan untuk mengundurkan diri dari sebuah pekerjaan.
§ Apapun yang terjadi, tetap tunjukkan profesionalisme
Walaupun Anda harus pergi dalam keadaan yang tidak menyenangkan, tunjukkan sikap profesionalisme dalam proses resign. Karena orang akan mengingat apapun yang tidak Anda tangani dengan baik ketika akan berhenti dan ini akan menghantui Anda nantinya. Perlakukan orang lain dengan penuh hormat dan jangan membicarakan hal-hal negatif tentang atasan. Karena para rekan kerja ini adalah network Anda di masa depan.
· Pengalihan tanggung jawab
Buat rencana peralihan pekerjaan, termasuk rekomendasi tentang hal-hal penting dari pekerjaan beserta jadwalnya. Jangan sengaja datang terlambat, berbasa-basi untuk mengikuti meeting lalu menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama rekan-rekan kerja, karena telah mengajukan surat pengunduran diri. Jangan lupa juga untuk menawarkan bantuan apabila ada pertanyaan penting yang harus diajukan oleh para rekan kerja, bahkan ketika Anda sudah benar-benar keluar dari kantor tersebut.

· Hargai orang lain
Ketika telah mengumumkan soal pengunduran diri, pastinya Anda akan menerima banyak ucapan baik secara langsung maupun lewat email yang berisi ucapan selamat tinggal dan terima kasih. Beri respon dengan mengirimkan ucapan terima kasih kepada setiap orang yang mengirimkannya. Dan jangan lupa juga untuk menghargai rekan-rekan yang ingin mengadakan farewell party untuk Anda sebelum pergi meninggalkan mereka.

· Akhiri dengan manis
Selama minggu terakhir, kirimkan note yang berisi ucapan selamat tinggal dan juga terima kasih untuk semua rekan-rekan kerja atas semua dukungannya selama ini, dan beri highlight untuk hal-hal yang sangat Anda hargai dari perlakuan perusahaan selama ini pada Anda. Jangan lupa juga untuk memberikan nomor telepon yang bida dihubungi untuk bisa tetap menjalin hubungan dengan para rekan untuk menjaga networking.
Pastinya, ketika membuat keputusan untuk mengundurkan diri, bukan tidak mungkin akan memberikan pengaruh terhadap emosi yang bercampur-campur. Ketika ada sebuah ketertarikan terhadap kesempatan baru, disana juga akan ada kesedihan, ketika harus meninggalkan rekan-rekan kerja dan teman-teman baik, apalagi jika Anda sudah berkerja dalam kurun waktu yang lama. Ingat, tujuannya adalah untuk memelihara hubungan baik, menjaga reputasi dan memberikan kesan baik sebelum mengundurkan diri.
D. Etika wawancara
Posted by dizzman under Tips CPNS
Wawancara adalah penilaian yang paling subyektif dan sulit ditebak lulus tidaknya. Seringkali kita yakin lulus, ternyata tidak lulus. Banyak faktor yang memengaruhi lulus tidaknya kita dari sebuah wawancara. Salah satunya adalah etika atau sopan santun pada saat wawancara berlangsung. Kita sering lupa bahwa kepintaran tidaklah cukup untuk menjadi PNS yang baik, tetapi juga memerlukan integritas moral dan etika yang tercermin saat wawancara berlangsung. Berikut ini beberapa tips saat mengikuti ujian wawancara:
1. Berpakaian dan Penampilan Rapih
kesan pertama sangat menentukan pada saat wawancara akan berlangsung. Begitu Anda masuk ke ruangan pewawancara, yang pertama terlihat adalah cara berpakaian dan penampilan Anda. Memang tidak ada aturan baku baik cara berpakaian maupun berpenampilan, akan tetapi ada baiknya pada saat wawancara berlangsung, gunakan pakaian rapih, kemeja berkerah dan lengan panjang/pendek, celana katun warna gelap, serta memakai wewangian yang tidak menyengat, dan bersepatu dan kaos kaki hitam/warna gelap. Jangan lupa rapikan rambut agar terlihat sesuai dengan tubuh Anda.
2. Bersikap sopan dan ramah
Melihat kondisi anak muda sekarang, saya cukup sedih melihat sopan santun dan rasa hormat yang mulai luntur. Oleh karena itu jangan kaget kalo Anda merasa pintar, tapi tidak lulus seleksi wawancara. Bisa jadi karena sikap Anda yang kurang sopan atau tidak bersikap ramah terhadap si pewawancara.
Saat pertama masuk ke ruangan, sapalah pewawancara dan dahulukan berjabat tangan. Kemudian jawablah setiap pertanyaan dengan sopan dan ramah, serta gunakan bahasa Indonesia baku. Hindari debat kusir atau ucapan yang dapat membuat pewawancara tersinggung apabila terjadi perbedaan pendapat dengan pewawancara, lebih baik gunakanlah kalimat “….., itu menurut yang saya ketahui/pahami/kenali. Mohon maaf, mungkin saya salah atau belum mengetahui yang sebenarnya.” Merendahkan diri sedikit, tetapi meninggikan mutu. Sering-seringlah menggunakan kalimat ‘mohon maaf’ apabila ada sesuatu yang belum jelas atau ditengarai dapat menimbulkan perdebatan.
3. Perhatikan mood pewawancara
Pewawancara juga manusia, artinya bisa senang dan juga bisa marah. Oleh karena itu sebelum melangkah lebih jauh, perhatikan dulu mood pewawancara. Kalau sedang dalam keadaan senang, bolehlah kita selingi jawaban kita dengan sedikit bercanda, atau bertanya balik. Sebaliknya kalau lagi bad mood, sebaiknya jawab seperlunya dan hindari bertanya balik.
4. Cara Menjawab Pertanyaan
Jawablah pertanyaan dengan sederhana, singkat, padat, dan jelas, serta menjurus atau fokus kepada jawaban pertanyaan. Tidak perlu bercerita panjang lebar dan menjadi tidak jelas alurnya, sehingga membuat pewawancara menjadi bosan dan tidak tertarik untuk mendengarkan. Berilah penjelasan seperlunya, dengan tetap memperhatikan sopan santun dan tata bahasa yang baku. Hindari penggunaan bahasa prokem atau bahasa gaul sehari-hari, walaupun mungkin pewawancara mencoba memancing Anda dengan bahasa2 tersebut.
5. Datang tampak muka, pulang tampak punggung
berilah salam ketika datang, begitu pula ketika selesai wawancara. Sekali lagi, bersikaplah santun ketika hendak memulai dan mengakhiri wawancara. Jangan bersikap semaunya sendiri, kecuali kalau memang Anda tidak ingin lulus wawancara.